Peluang Usaha Ternak Ayam Kampung Penghasil
Telur Tetas
Posted by admin on May 1st, 2010
Peluang Usaha Ayam kampung penghasil telur
tetas di pengaruhi oleh tingginya permintaan DOC ( Day Old Chick ) , dan
kurangnya penyedia telur ayam kampung untuk ditetaskan . Oleh sebabitu harga
DOC ayam kampung relatif stabil . Melirik kembali usaha pemeliharaan induk ayam
kampung sebagai penghasil telur tetas menurut kami tidak ada salahnya dan belum
terlambat. Usaha ini mengingatkan kami sewaktu duduk di kelas 1 SLTP di mana
kami sudah memulai untuk melakukan pemeliharaan indukan ayam kampung (kampung
asli dan bangkok) dan hasilnya sungguh luar biasa untuk seorang anak yang baru
berumur 13 tahunan.
Tak salah kalau ada pepatah di dunia
peternakan 7 butir telur sama dengan 1 ekor ayam, 7 ekor ayam sama dengan 1
ekor kambing, 7 ekor kambing = 1 ekor sapi dan 7 ekor sapi bisa naik haji.
Slogan yang sederhana akan tetapi kalau kita mau merenungkannya akan dapat
memberi motivasi kepada kita akan usaha ternak ini.
Hal yang sama juga diakui oleh para
pengepul telur tetas, di mana mereka masih sulit untuk menambah jumlah barang
dagangan mereka disebabkan tidak ada nya penambahan jumlah produksi dan malah
cenderung turun dari waktu ke waktu. Hal ini tidak lain dikarenakan tidak
adanya manajemen pemeliharaan dari para peternak di mana mereka kurang
memikirkan ternak pengganti (replacement stock) sehingga kadang jumlah ayam
kampung pada suatu saat akan mengalami penurunan karena terjadi penurunan
jumlah populasi dikarenakan pemotongan di saat-saat tertentu seperti hari raya
iedul fitri, tahun baru masehi, imlek, maulud nabi dan lainnya.
Pengadaan Bibit
Jenis ayam kampung yang bisa diusahakan
sebagai penghasil telur adalah ayam kampung asli (ayam sayur, ayam buras, ayam
berkeliaran dan sebutan lainnya), ayam nunukan, ayam kedu putih, ayam kedu
hitam, ayam pelung dan jenis lainnya. Dari jenis tersebut produksi telur
tertinggi (per tahun) secara berurutan adalah ayam kedu hitam, kedu putih, dan
nunukan, pelung dan sayur.
Untuk memulai usaha ini bisa dimulai dengan
membeli DOC dan melakukan seleksi sampai dengan ayam mulai bertelur, bisa juga
dengan membeli ayam dara (sekitar umur 20 minggu), dan bisa juga membeli ayam
yang sudah berproduksi (sekitar 7 bulan). Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan karenanya sebelum memulai usaha disarankan untuk menimbang-nimbang
dan memperbanyak informasi sebelum memutuskan pilihan usaha.
Pemberian Pakan
Pakan untuk ayam kampung tidaklah sesulit
kalau kita memelihara ayam broiler, layer, itik/bebek atau juga puyuh. Namun
untuk mencapai produksi yang maksimal maka kita juga harus memperhatikan dan
menjaga pakan pakan yang diberikan. Pakan untuk ayam kampung yang sudah
berproduksi setidaknya mengandung protein 15% dan energi metabolis antara 2.800
– 2.900 kkal/kg. Dengan menggunakan komposisi campuran konsentrat ayam layer
dengan dedak halus dengan perbandingan 1:4 sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi ayam kampung yang sedang berproduksi. Sangat dianjurkan dalam
pemeliharaan induk untuk memberikan hijauan yang dicacah/cincang kecil-kecil
seperti tauge/kecambah, kangkung, bayam, selada air dan rumput-rumputan sebagai
sumber vitamin dan mineral. Pemberian hijauan yang dianjurkan 0,75-1,5 kg/100
ekor.
Manajemen Pemeliharaan
Pemeliharaan ayam kampung dewasa tidaklah
sesulit memelihara ayam yang masih kecil. Mudahnya, cukup kita berikan pakan
dan melakukan kontrol penyakit insyaallah ayam kampung sudah mampu berproduksi
meskipun tidak menunjukkan produksi optimalnya. Pilihan dalam melakukan pemeliharaan
bisa dengan ekstensif, semi intensif dan intensif. Kami tidak menganjurkan anda
untuk melakukan pemeliharaan secara ekstensif karena sama artinya kita tidak
mengubah cara beternak kita yang itu merupakan cara beternak dari zaman dulu.
Maka tidak ada pilihan lain untuk yang benar-benar ingin sukses dalam beternak
yaitu memilih sistem pemeliharaan secara semi intensif atau intensif dan semua
kembali kepada kondisi masing-masing peternak. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh BPPT pada tahun 1993, pemeliharaan ayam kampung secara intensif
memberikan keuntungan terbesar bagi peternak, namun apabila dilihat dari
perbandingan keuntungan dan biaya usaha maka sistem pemeliharaan semi intensif
menunjukkan angka tertinggi.
Langkah Selanjutnya
Setelah produksi berjalan maka sekarang
kita dihadapkan pada dua pilihan dalam memasarkan telur tersebut yaitu pertama
apakah kita langsung menjual telur kita begitu saja atau kedua telur itu kita
tetaskan sendiri kemudian kita menjual dalam bentuk DOC ? beberapa pertimbangan
berikut mungkin bisa membantu anda keluar dari masalah ini :
Menjual dalam bentuk telur tidak ada
resiko, artinya berapapun telur yang dihasilkan asal bentuk normal akan berubah
menjadi uang dan tidak perlu menunggu dalam waktu yang lama
Menjual dalam bentuk DOC memang nilai
jualnya jauh lebih tinggi bahkan bisa jadi 3 kali lipat dari harga telur akan
tetapi resiko dari gagal menetas, kualitas DOC, dan pemasaran DOC perlu untuk
mendapat perhatian terlebih waktu yang diperlukan yaitu sekitar 3 minggu
Analisa Usaha Pemeliharaan Induk Ayam
Kampung
Beberapa asumsi :
Indukan yang
dipelihara terdiri dari 100 ekor induk betina dengan 13 induk pejantan
Biaya pembuatan
kandang diabaikan karena bahan kandang cukup tersedia dan murah
Tenaga kerja juga
di abaikan karena sifat usaha ini adalah sampingan bukan usaha pokok
Biaya/modal
usaha:
Harga indukan
betina Rp 35.000/ekor dan induk pejantan Rp 50.000/ekor, sehingga diperlukan
modal untuk induk yaitu : Rp 35.000 x 100 ekor = Rp 3.500.000 dan induk jantan
Rp 50.000 x 13 ekor = Rp 650.000. Total Rp 4.150.000
Biaya pakan Rp
300/ekor/hari sehingga Rp 300 x 113 ekor x 365 hari = Rp 12.373.500
Vaksinasi dan
obat-obatan Rp 200/ekor sehingga total untuk semua Rp 200 x 113 ekor = Rp
22.600
Tenaga kerja dan
biaya pembuatan kandang diabaikan
Total modal usaha Rp 16.546.100
Pendapatan usaha :
Harga telur Rp 1.200/butir dan jumlah
produksi telur 120 butir/ekor/tahun sehingga dalam satu tahun didapatkan hasil
dari penjualan telur Rp 1.200 x 100 ekor x 120 butir = Rp 14.400.000
Harga ayam babon Rp 40.000/ekor dan jago Rp
75.000/ekor sehingga didapatkan hasil dari penjualan indukan betina Rp 40.000 x
100 ekor = Rp 4.000.000 dan indukan jantan Rp 75.000 x 13 ekor = Rp 975.000
total menjadi = Rp 4.975.000
Penjualan kotoran
diperkirakan dalam satu tahun Rp 100.000
Total pendapatan
usaha Rp 19.475.000
Laba Usaha :
Di dapatkan dari
pendapatan usaha dikurangi biaya usaha = Rp 19.475.000 – Rp 16.676.100 = Rp
2.928.900/tahun
Analisa Kelayakan Usaha
Return Cost Ratio (R/C)
Total penerimaan Rp 19.475.000
R/C = ———————– = ——————— = 1,177
Total biaya Rp 16.546.100
Dengan nilai R/C
1,17 berarti usaha ini dinilai layak untuk diusahakan. Setiap penambahan biaya
Rp 1,- akan memperoleh penerimaan Rp 1,18,-
Pendapatan akan
masih bisa bertambah apabila kita bisa menekan biaya pakan dan efisiensi
pejantan dengan Inseminasi Buatan (IB). Semoga
bermanfaat *(SPt).
Berikut Video Tips Cara Beternak Ayam
Kampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar